Hands on guide #4: Mengembangkan Abstrak preprint menjadi fulldraft itu mudah
Step by step preprint menjadi full draft

Kalau kita sudah mempunyai Abstrak preprint atau rencana artikel, langkah berikutnya lebih sederhana. Pisahkan tiap kalimat didalam Abstrak menjadi paragraf tersendiri, maka artikel kita tinggal diuraikan dengan kalimat penjelas. Karena tiap kalimat dari Abstrak preprint adalah pokok kalimat dari sebuah paragraf, sedang Abstrak preprint sudah lengkap dengan Pendahuluan hingga Kesimpulan.
Bila tiap kalimat dalam Abstrak preprint adalah kalimat utama, maka kalimat kedua adalah penjelas dari kalimat pokok itu. Seterusnya, kalimat ketiga dan ke empat bisa berisi contoh dari penjelasan itu.
Untuk sementara, jangan berpikir tentang data dan gunakan hanya pemahaman yang sudah kita punya. Begitu kita kerjakan sejak kalimat pertama hingga terakhir. Bila kita membutuhkan data, tuliskan di draft sebagai komentar (insert > comment) bahwa kita perlu belajar tentang sesuatu [1] atau [2] mengumpulkan informasi di lapangan dengan cara terpilih dari perbendaharaan metodologi yang sudah kita pahami. Di komentar yang kedua ini kita tidak membatasi dengan metodologi yang sudah ada di Abstrak, tapi dengan semua metodologi yang sudah kita pahami. Setelah proses tersebut, bolehlah kita sebut kita punya draft awal versi 0.1. Dan karena draft 0.1 ini adalah hasil dari interaksi langsung dengan pemahaman awal yang kita punya, kita perlu sadar bahwa kalimat-kalimat yang sudah kita tuliskan itu sangat mungkin akan terkoreksi setelah datangnya referensi dan data yang datang pada tahap berikutnya.
Strategi berikutnya, untuk mempelajari referensi [1], kita perlu speed reading1 dan bermimpi. Berbeda dengan karya sastra yang mengunggulkan imajinasi yang tidak terputus, artikel sains membutuhkan iterasi penulisan dan pengecekan ulang. Dengan proses ini, kalau kita hanya kopas dari artikel terkait yang sudah ada maka itu tidak akan membuat pemahaman kita terbangun dan kemudian berkembang. Bila komentar di bagian [1] akan sangat mengubah tulisan, komentar di bagian [2] kemungkinan hanya pendetilan dari metodologi yang sudah kita rencanakan.
Langkah berikutnya kita perlu bergeser ke riset atau pengumpulan data baik yang desk study ataupun yang membutuhkan eksperimen atau kerja lapangan. Bila kita sudah mempunyai data, untuk sementara lupakan draft 0.1 dan bergeser ke proses mengorganisir hasil riset dan mengubahknya menjadi tulisan. Alinea 3, 4, dan 6 dari artikel tentang urutan menulis artikel ini mendetilkan proses final. Kalau proses penulisan draft 0.1 dan proses di artikel berikutnya sudah selesai, bolehlah kita sebut kita sudah punya full draft.
Saya kira kali ini artikelnya sudah cukup karena proses penulisan artikel ya memang sesederhana itu.
Buzan, Tony (2006). The Speed Reading Book. Harlow: BBC Active. ISBN 978-1-4066-1021-5.

