Speed reading 1: don't turn back reading
Teruslah membaca meskipun belum bisa melogika maknanya

Ketika kita membaca artikel dan tidak memahami kalimat atau bahkan potongan kalimat, kebiasaan kita adalah segera membaca ulang frasa atau kalimat tersebut. Kebiasaan ini tidak produktif dan berakibat pada rendahnya kecepatan baca orang Indonesia. Dalam laporan-laporan yang berbeda, kecepatan membaca siswa MTs pada 2011 ada diantara 150-200 kata per menit (wpm)1, pada riset 2016 adalah 60-80 wpm2, dan pada 2021 adalah 60-89 wpm3. Pada tingkat mahasiswa kecepatannya ada pada rentang 226-250 wpm4. Semua laporan tersebut masih dibawah rata-rata kecepatan membaca di negara maju yang distandar 300 wpm.
Don’t turn back reading saya kira ini adalah teknik pertama yang harus dikuasai oleh pembaca Indonesia. Saat menerapkan tehnik ini, kita akan merasa janggal karena bagaimana mungkin kita belum memahami sebuah kalimat atau bahkan potongan kalimat tapi kita harus melanjutkan proses pembacaan. Untuk memahami hal ini, ada cerita masa kecil tentang anak kecil yang belajar membaca. Seorang anak yang belajar membaca hanya membaca perkata atau kedua kata tanpa memikirkan artinya. Anak ini membaca sebuah kalimat dalam bahasa Jawa yang bunyinya “ono pulisi / brengos ijo / kathoke nyekel maling”. Translasinya dalam bahasa Indonesia adalah “ada polisi / kumisnya hijau / celananya menangkap maling”. Bagi orang dewasa yang mendengar bacaan ini tentu tertawa, karena dia segera tahu bahwa yang dimaksudkan oleh kalimatnya adalah “Ada polisi berkumis / hijau celananya / (berhasil) menangkap maling”.
Begitu pula ketika kita menerapkan don’t turn back reading. Pada saat kita membaca perkata atau sampai pada setengah kalimat atau satu kalimat atau bahkan satu paragraf tanpa mengetahui artinya, sejatinya apa saja yang kita baca itu dicatat oleh otak kita. Informasinya mengalir dari mata ke saraf mata, melewati memori otak yang lokasinya di belakang mata (prefrontal cortex), dan kemudian mengalir ke otak bagian kiri dan otak belahan kanan. Bila bacaan tidak kita pahami maka informasinya akan fuzz, dan menurut saya akan dialirkan ke otak kanan yang mengelola kreativitas. Sedang bila bacaan bisa dipahami, maka listriknya akan mengalir ke otak bagian kiri yang mengolah logika.
Saya menyarankan proses ini diteruskan saja selesai satu bab atau paling tidak satu section. Dari aliran informasi itu, maka paling tidak ada tiga bagian otak kita yang aktif menerima informasi, menyimpannya, dan kemudian menata di bagian kiri dan kanan otak kita. Dampak dari penerapan tehnik speed reading ini adalah kita tidak mengantuk saat membaca karena sebagian besar dari otak kita dalam keadaan aktif. Ketiganya akan terus bersinergi sampai otak kita kelelahan atau asupan oksigen dan gula darah menurun, baru otan akan mengirim sinyal untuk beristirahat yang kita kenal dengan mengantuk.
Bila sebuah section terdiri dari lima halaman dan kita mempunyai waktu luang 15 menit, saya menyarankan agar waktu itu digunakan untuk membaca cepat sub bab tersebut sebanyak tiga kali daripada membaca lambat satu kali. Penjelasannya, 7 menit pertama akan habis untuk pembacaan pertama, 4 menit untuk bacaan kedua, dan 3 menit untuk bacaan ketiga. Pada pembacaan pertama, kita akan memahami kerangka besar sub bab baik yang kita sudah mafhum atau yang masih baru. Bacaan kedua akan mendetilkan dan memperbaiki pemahaman yang keliru. Dan bacaan terakhir akan mencatatkan detil lain berupa angka atau hal sulit lain. Perhitungan ini berbasis pada keumuman halaman buku yang terdiri dari 250-300 kata. Kalau kita tahu hasil ini, maka tentu kita tidak akan menyia-nyiakan waktu saat menunggu bis atau duduk didalamnya.
“Bacalah (Al-‘Alaq [96]:1)” - اِقْرَأْ
Ingat juga bahwa perintah membaca adalah kata pertama yang disampaikan dalam risalah untuk umat Muhammad saw. Semestinya umat ini lebih terbiasa membaca dibanding peer-nya di negara maju, bukan sebaliknya: peer-nya yang lebih memiliki kemampuan dalam mempraktekkan ayat pertama itu.
Nuryati, 2011, Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat dalam Membaca Buku Teks Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII D SMP Terpadu Darul ‘Amal Sukabumi dengan Teknik Skimming Tahun Ajaran 2011-2012, Skripsi, JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN, UIN SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA
Rizky, A., 2016, Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat Tahun Pelajaran 2015/2016, Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Raehani, M. S.,2021, Kemampuan Kecepatan Efektif Membaca Teks Biografi dalam Media Kompas.com pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Tahun Pelajaran 2020/2021, Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Agni, D. K. N., 2014, Pemetaan kemampuan membaca cepat mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2010-2013, Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

