Hands on guide #2: Step by step Abstrak pre-print
Mengubah mindmap yang visual menjadi teks

Di artikel lalu kita tahu publikasi ilmiah bisa dicicil dengan Abstrak pre-print. Abstrak ini bahkan sekaligus terpublikasi, mendapat DOI, dan diakui sebagai prosiding (2022), atau bahkan berguna untuk bukti hasil kerja Minimal (HKM). Artikel ini akan membahas bagaimana mengkonstruksi abstrak preprint dengan modal utama mindmap. Bila mindmap masih dekat dengan bagaimana cara otak kita berpikir, Abstrak pre-print sudah tekstual sesuai pakem SciWriting.
Kalau belum membuat mindmap, ya kerjakan dulu tugas sebelumnya sesuai panduan di Classroom, hehe. Kalau nggak punya classroom, tunda dulu membaca sampai artikel tentang membuat mindmap terbit, hahaha. Maaf nggak lucu. Asal tahu saja, dengan membuat mindmap kita akan segera tahu cabang mana yang berupa argumen, dan cabang mana yang mendukung argumen sebagai pengisi Latar Belakang dan bagian lain dalam uraian mengkonstruksi Abstrak pre-print dibawah. Saya tidak menyertakan mindmapnya, karena saya kira penjelasan tanpa mindmap aslinya sudah mencukupi.
In the mean time, Abstrak pre-print sebenarnya adalah abstrak sungguhan sebagaimana yang ada di artikel ilmiah. Hanya saja, di bagian hasil, diskusi, dan kesimpulan masih hipotetis. Bukan berarti fiktif, hanya data dan analisisnya belum seluruhnya selesai dikerjakan sehingga menyandarkan pada opini expert yang sedang menyusun data atau sedang melakukan analisis.
Abstrak pre-print umumnya dibatasi antara 100-500 kata. Di kelas, saya membatasi hanya 250 kata +/- 10% karena berdasar pengalaman batasan ini sudah mencukupi. Dalam artikel ber-outline IMRAD (Introduction-Methods-Result-and-Discussion), Abstrak preprint berisi 1-2 kalimat Latar Belakang, 1 kalimat Permasalahan dan Tujuan, 1 kalimat Metodologi, 1-2 kalimat Hasil, 1-3 kalimat Diskusi, dan 1 kalimat Kesimpulan. Cegah diri untuk menuliskan saran atau riset lanjutan, karena akan memboroskan waktu pembaca/reviewer :-)
Abstrak “Review on land subsidence and socio-hydrology of northern Java, Indonesia”1 ini sederhana dan hanya 130 kata. Dua kalimat pertama (Northern java ... deposition systems.) mewakili Latar Belakang. Kalimat ke-3 (This paper review ... communities.) adalah tujuan. Dua kalimat sesudahnya (We found .. mitigation infrastructures.) adalah hasil ringkas. Satu kalimat berikutnya agak ambigu karena berasa saran (To fill .., we suggest ...), meskipun sebenarnya berusaha menjelaskan bagian socio-hydrology dari judul. Kalimat terakhir memboroskan waktu pembaca, meskipun juga dimaksudkan untuk Latar Belakang kalau nanti risetnya selesai.
Contoh kedua “Land subsidence and coastal retreat as observed using Sentinel-1, tide dynamics, and socio-cultural survey of Sayung, Demak, Indonesia”2 lebih panjang dan mempunyai kelucuan juga. Panjangnya karena ia memanfaatkan semua informasi yang progressnya lebih baik dibanding contoh sebelumnya. Lucunya karena tiap bagian (Latar Belakang, Metodologi, Hasil, Diskusi, dst) ditulis di paragraf yang berbeda-beda. Penulisan ini sebenarnya hanya untuk memudahkan penulisan saat online submission. Ternyata setelah diterima tidak juga diedit sebagaimana umumnya Abstrak. Mungkin karena panitia kasihan sama yang ngirim saja, hehe.
Selain untuk Conference (EGU, AGU, MedGU, dll) Abstrak preprint juga bisa dipublikasikan di repositori artikel yang masih progressing seperti Arxiv yang dikelola Cornell University atau repositori preprint lain yang disediakan oleh organisasi atau publisher beken. Sepemahaman saya, banyak yang sudah menyediakan DOI, meskipun pengakuan statusnya belum tergolong submitted (ke publisher cetak). Proses panjang preprint beserta keuntungan dan kerugiannya insya Allah kita bahas di artikel lain.
Terkait dengan HKM, pelajaran membuat Abstrak preprint ini penting terutama karena keberadaannya di repositori konferensi ilmiah yang keberkalaannya sudah pertemuan ke-3 atau lebih. Karena untuk pertemuan ilmiah yang masih awal, ada syarat tambahan berupa bukti prosiding yang terindeks global.
Terakhir, kalau sudah siap dengan Abstrak preprint yang dipublikasikan sebaiknya penulisan full artikel jangan ditunda-tunda. Mengapa? Karena rencana kerja kita atas tema yang rencana awalnya sudah dipikirkan novelty-nya sudah ketahuan komunitas riset. Ada kemungkinan bila ada riset semacam akan ‘menyalip di tikungan’ sehingga saat kita selesai mengerjakan riset, tema kita mungkin sudah di-basi-i tim lain yang akan segera menyelesaikan full-draft-nya. Oh la la, kita mesti menelisik novelty baru atas pekerjaan kita.
Budiyono, Y., Melati, D. N., Khaerani, P., Yuliana, D. K., Riyandari, R., Riyalda, B. F., & Colombijn, F. (2022). Review on land subsidence and socio-hydrology of northern Java, Indonesia [Other]. display. https://doi.org/10.5194/egusphere-egu22-8170
Budiyono, Y., Zahro, Q., Oktaviani, A., Riyalda, B. F., & Siriwardane-de Zoysa, R. (2023). Land subsidence and coastal retreat as observed using Sentinel-1, tide dynamics, and socio-cultural survey of Sayung, Demak, Indonesia [Other]. pico. https://doi.org/10.5194/egusphere-egu23-16655