Hands on guide #3: Mencicil publikasi dengan modal Abstrak preprint
dan memilih publisher yang berguna untuk naik ke Madya

Tepat setahun yang lalu saya menuliskan pemahaman baru tentang menyederhanakan the journey for KKM melalui rintisan Abstrak preprint sebagaimana revue yang tersimpan di wayback machine. Tahun ini, Alhamdulillah saya sudah ‘kesandung’ di empat jalan serupa1234 untuk tiga pertemuan ilmiah terindeks global.
Trend Abstrak preprint ini mendatangkan dua keuntungan bagi pekerja STKKM. Pertama, ia bisa dijadikan milestone agar usaha menyelesaikan artikel akhir dari sebuah riset yang panjang tidak terasa empot-empotan. Kedua, Abstrak preprint yang terbit dengan DOI diakui sebagai prosiding terindeks global. Paling tidak begitulah aturan hingga batas SKP tahun 2022. Kabarnya STKB mengajukan syarat yang lebih mencekik untuk 2023 ini, tapi kita nggak perlu merasa tercekik karena kita bekerja untuk ilmu bukan untuk cekik-ikan.
Keuntungan lain datang bagi komunitas produsen ilmu/novelty. Abstrak preprint yang menjadi dasar bagi presentasi di konferensi terindeks global itu adalah modal untuk casting attention dari jamaah produsen novelty. Kalau presentasi dari riset yang sedang berjalan ini dianggap novelty, maka kita bisa ‘menjual’nya ke partner yang akan membeli keuntungan dari kebersamaan dalam skema authorship di full article-nya nanti. Sebelum era ini, pemahaman yang dibawakan saat training Academic Skills jaman Joint Cooperation Program III menyarankan jalur upload preprint di repositori artikel yang belum selesai seperti yang dikelola Cornell University.
Agar proses cicilan ini lebih mudah diikuti, saya menyebut tiga contoh sekaligus agar bisa dipelajari proses bisnisnya. Tiga contoh itu adalah Delft Socio-hydrology Conference yang bekerja sama dengan penerbit Frontiers in Water, EGU General Assembly meeting dengan partner Copernicus, dan AGU dengan partner John Wiley and Sons. Bila kita mempunyai riset yang sedang berjalan atau sudah mulai menunjukkan arah, semestinya kita bisa menaiki kendaraan ini.
Abstrak preprint lebih ringan dari abstrak artikel pada umumnya, karena bagian “Kesimpulan” dari abstrak preprint masih bersifat hypothetical. Ia masih perlu pendetilan bila nanti sudah menjadi bagian dari manuskrip yang siap di-submit. Setelah abstrak masuk, panitia konferensi (publishing partner) akan me-review laporan sementara kita itu. Bila diterima, seorang periset melanjutkan risetnya hingga mempunyai hasil antara yang cukup memenuhi kebutuhan bahan presentasi dan mendapatkan perhatian dari jamaah yang turut menyimak konferensi ybs. Disini kita masuk ke forum yang akan menilai ke-novelty-an riset kita dan bagaimana memoles riset bila ada yang kurang sempurna.
Cicilan terakhir adalah opsi menulis manuskrip final untuk kemudian dikirimkan ke jurnal yang dikelola oleh publisher yang bekerja sama dengan event conference. Hanya opsi, karena kita perlu menelisik publishing partner itu apakah cocok dengan target para authors atau tidak. Bila ya, pengalaman yang lalu menyediakan ancang-ancang waktu paling cepat 6 bulan setelah conference. Di fase akhir ini, kaidah penulisan mengikuti pakem jurnal milik penerbit. Publisher bel gedhuwel beh biasanya suka nyusu-nyusu, jadi periksa lagi dengan hati-hati. Kalau kita nggak bisa kesusu atau ingin publisher yang tidak berpartner dengan penyelenggara conference bisa juga. Maksud saya, kita masih punya waktu setidaknya 6 bulan untuk melanjutkan riset sembari memoles laporan akhir dalam bentuk artikel.
Kalau mau bersyukur, trend ini menurut saya adalah bagian dari fadhilah/kebaikan pandemi. Pandemi membuka lebar kesempatan negara dunia ketiga dalam terbitan ilmiah sehingga periset lower middle income berdasar pengkategorian Worldbank (meski sudah masuk negara G20) mempunyai cara adaptasi baru dalam menyampaikan hasil riset ke international audience. Biaya yang diminta paling banter hanya keanggotaan organisasi dan sedikit biaya submission yang totalnya hanya separo dari kenaikan tunjangan bulanan Madya. Ini menekan habis biaya perjalanan ke Barat atau negara utama lain yang lebih dahulu mengenal budaya publikasi ilmiah.
Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Mudah-mudahan kita bisa menunggangi gelombang yang memudahkan ini. Selamat berburu!
https://whova.com/embedded/speaker/5V0iMdBnzYL5lyYMYCz-GZwvB8anfJLyTwyxYvHhqRU%3D/17694806/
https://meetingorganizer.copernicus.org/EGU22/EGU22-8170.html
https://agu2022fallmeeting-agu.ipostersessions.com/Default.aspx?s=36-B9-3F-CC-F3-49-7D-8E-A4-03-8E-AF-FA-6E-31-4D
https://meetingorganizer.copernicus.org/EGU23/EGU23-16655.html